RSS

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Sub-Urban Girl

Sebagai seorang jomblowati, kadang aku bingung mo ngapain ketika malam minggu tiba. Kalo muda-mudi lain pada hangout sembari memadu kasih, trus aku ma sapa dunk? Hahahaha… Daripada mupeng, mendingan aku pergi ke rental video deket rumah, hanya dengan 2850 perak aku bisa menikmati kesendirian dengan film2 yang menghibur.
Sebenarnya, aku masih bau kencur jadi movies freak, mungkin baru beberapa waktu ini. Memang sih, dulu sempet hobi nonton ma mantan. Tiap ngdate minimal 1x perbulan buat nton di bioskop, bahkan gak jarang juga, seharian kami bisa ngabisin 3-4 film semaleman. Tapi setelah pisah, udaah jarang pake bgt buat nonton. Lha wong, aku gak punya player-nya kog!hehehehe…
Punya lappy baru, pastilah aku manfaatin buat nton. Malu juga numpang nton drumah mantan ^_^ v, hahahaha..
Oia, kali ini film yang mengispirasi judulnya Sub Urban Girl. Yang berlakon Sarah Michelle Gellar duet dengan Alec Baldwin.
Film ini berkisah ttg lika – liku seorang editor muda yang sedang mencari karakter atau jati dirinya.
Diawali dari perjumpaan Brett dengan seorang editor terkenal, Archie. Brett akhirnya menjalin relasi romantis dengan duda tampan dua kali pernikahan itu, yang dari segi usia lebih pantas menjadi ayahnya. Hubungan pacaran yang mereka jalin cukup menarik perhatianku, bukan karena usia mereka yang terlampau jauh, ataupun adegan kissing yang cukup banyak ditampilkan, melainkan bagaimana Archie banyak memberikan support bagi perjalanan karir Brett. Tidak hanya itu, Archie, dengan kematangan usianya , mampu memberikan solusi2 dalam kehidupan Brett , mulai masalah pekerjaan, atasan, sampai konflik keluarga Brett. Archie bukanlah orang yang sempurna, ia duda dengan permasalahan pelik khas pria, tidur dengan bermacam wanita, pecandu alcohol, dan memiliki hubungan yang buruk dengan anaknya, Elizabeth.
Pacaran mereka diisi dengan kegiatan2 yang berisi, mengkoreksi naskah2 yang ada, analisis film&buku,dll. Sehingga, pembicaraan mereka pun banyak mengadopsi istilah2 penulis yang ada dalam buku yang mereka pernah baca. They support each other. Ada adegan yang cukup sederhana, tapi mengena. Ketika Brett harus mengedit naskah di meja makan, dan Archie memberikan penilaian/ masukkannya sembari mengocok adonan kue di dapur. How nice.
Konflik disajikan selayaknya film pada umumnya. Namun, ada pembagian dalam tiap scene, yang dicatat dalam bentuk tulisan, dan diberi jeda jelas. Misalnya : I see you,dll...
Maksud dan tujuan film tersebut, ada pada akhir kisah. Momentum penting dalam kehidupanya, kematian sang ayah. Brett memutuskan untuk tidak lagi hidup dalam bayang2 sang ayah maupun Archie, karena ia merasa bahwa selama ini ia terlalu bergantung sepenuhnya pada mreka berdua. Setelah Brett menolak ajakan menikah Archie, ia kembali melanjutkan kehidupannya untuk mencapai impiannya menjadi seorang editor handal dan terkenal.
Dari film ini, bisa ditarik pelajaran, bahwa sebuah hubungan percintaan semestinya diisi dengan kegiatan yang membangun. Tidak hanya menyenangkan saja, tapi juga menghasilkan karya. Sehingga hubungan tersebut bersifat produktif. Untuk itulah dibutuhkan seseorang yang memang mempunyai visi yang sama untuk menjadi pasangan kita. Sehingga, ia bisa masuk dalam tiap lini dalam kehidupan kita. Obrolan bisa nyambung, saling dukung, meminimalisir konflik, dan bisa menghibur satu sama lain, jika ada satu pihak yang jatuh/ bersedih karena sudah mengenal pribadi masing2.
Ayo, selamat berjuang!!! Pasti ada sseseorang di luar sana yang memang Allah sediakan bagimu, yang sevisi tentunya, sehingga relasimu bisa jadi berkat gak hanya buat berdua, tapi orang lain juga ^_^

Semarang, 17-18 Okt 2009

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS